Menarik sekali ketika mendengar pernyataan dari salah seorang teman saya yaitu kesalahan karyawan itu adalah mereka lebih fokus kerja dan ti...
hun 2001 adalah fokus kerja dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan dengan kinerja bisnis yang menurut saya bisa memenuhi target yang ditetapkan manajemen perusahaan.
Saya yakin hal ini juga terjadi pada banyak karyawan lainnya yang lebih fokus dengan pekerjaan sehari-hari dan mencapai target perusahaan. Pada saat itu, mereka mendapatkan banyak manfaat dan juga value berupa kenaikan jabatan, reputasi yang bagus dimata manajemen, dapat insentif dan bonus serta berbagai hal yang menarik lainnya sehingga membuat karyawan tersebut semakin melakukan yang terbaik buat perusahaan.
Tahu ngga kamu kalau hal itu membuat karyawan menjadi terlena dengan pekerjaan dan menikmati apa yang mereka dapatkan? Mereka semakin tenggelam dengan pekerjaan dan kalau boleh dibilang, akan terus mengejar hasil yang terbaik dari perusahaan tersebut. Sembari itu, mereka semakin terpacu bekerja, bekerja dan bekerja serta mencapai karir tertinggi di perusahaan untuk mendapatkan benefit dan profit yang semakin tinggi.
Nah, hal ini terlihat sekali ketika saya memberikan sharing kepada calon pensiunan dari berbagai perusahaan di Indonesia. Mulai perusahaan nasional dan bahkan sampai perusahaan multi national dan hampir semua karyawan merasakan hal yang sama. Memang tidak salah ketika karyawan fokus pada pekerjaan dan mencapai target karena memang itulah hakekat menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Hal ini juga sesuai dengan konsep yagn saya pegang dalam bekerja, menjadi yang terbaik dalam bekerja, "kalau tidak nomor satu, nomor dua atau tidak sama sekali"
Hanya saja, pada akhir masa memberikan kontribusi pada perusahaan, banyak karyawan yang terkaget-kaget karena mereka merasa ada yang kurang dari segi ekonomi mereka. Kaget dengan penurunan pendapatan dimasa pensiun yang bisa mencapai 80% dari gaji yang mereka bawa pulang. Bagaimana dengan masa depan diri dan keluarga mereka.
Temuan saya, banyak yang menderita stress akibat uang yang didapat selama bekerja tersebut habis oleh sikap konsumtif dalam kehidupan dengan membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan, malah fokus kekeinginan. Beli mobil mewah, smartphone terbaru sampai dengan hal-hal yang sejatinya tidak diperlukan, malah dibeli. Akibatnya, uang hasil kerja dengan all out di perusahaan menjadi habis dan tidak bisa memberikan manfaat bagi mereka.
Kenapa terjadi seperti ini? kok pengorbanan bekerja lebih dari 30 tahun di perusahaan dengan fasilits dan gaji yang didapat seharusnya bisa membuat mereka hidup nyaman dimasa pensiun. Tetapi malah sengsara.
Pertama, kembali ke pola pikir yang belum menetapkan tujuan mereka bekerja yaitu salah satunya dalam hal keuangan yaitu financial freedom. Hal ini belum menjadi ketetapan karyawan untuk tujuan mereka bekerja.
Kedua, terjebak dengan pola pikir orang miskin dalam kelola uang yaitu dapat uang, tidak digunakan untuk beli aset tetapi lebih kepada hal-halyang bersifat konsumtif. Uang digunakan untuk beli barang-barang untuk keinginan mereka.
Ketiga, tidak belajar literasi keuangan
Keempat, tidak menerapkan money management
Kelima, tidak melakukan evaluasi atas money management.
Kelima hal ini merupakan beberapa faktor yang membuat karyawan kurang perhatian pada keuangan mereka khususnya money management. Mereka lebih fokus bekerja dalam aktivitas sehari-hari di perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, sejatinya karyawan mulai punya konsep diri khususnya untuk tujuan akhir mereka dalam hal keuangan perusahaan.

