Karyawan, Hati-hati dengan Uang mu Mungkin banyak karyawan yang tidak terfikirkan untuk mengembangkan bisnis ketika masih berstatus karyawa...
 |
| Karyawan, Hati-hati dengan Uang mu |
Mungkin banyak karyawan yang tidak terfikirkan untuk mengembangkan bisnis ketika masih berstatus karyawan karena merasa bahwa karyawan perlu menyenangkan diri dulu dengan membeli berbagai barang yang bisa jadi tidak dibutuhkan, tetapi hanya diinginkan sehingga banyak barang tersebut yang tidak dimanfaatkan setelah dibeli. Ya.. biasanya menjadi barang bekas seingga memenuhi aneka ruangan di rumah mereka masing-masing.
Saya teringat dengan pernyataan dari Warrent buffet, siapa yang membeli barang yang tidak dia butuhkan, siap-siap saja dia akan kehilangan barang yang dia butuhkan untuk membayarnya. Hmmm.. rasanya ini gambaran dari banyak karyawan yang merasa bahwa mumpung lagi bestatus karyawan, maka lakukan pembelian aneka barang-barang yang bisa membuat kantung mereka boncos sehingga selalu bermasalah dengan uang dan membuat mereka berhutang melalui pinjaman online ataupun pay later.
Kenapa ini bisa terjadi? Biasa ini bagi kebanyakan karyawan yang baru saja bekerja dan juga bahkan yang sudah lama bekerja. Bayangkan selama bekerja untuk jangka waktu yang tidak sebentar yaitu 30 tahun di perusahaan, masalah yang sama yaitu keuangan menjadi isu utama dalam kehidupan mereka dan akhirnya terus terjebak dengan keuangan yang kurang dan bahkan dengan hutang. Ngga enak banget deh kalau sampai akhir berstatus karyawan masih punya hutang dan bahkan sampai pensiunpun hutang tersebut belum bisa terbayar.
Kalau saya sih ngga mau hal itu terjadi karena sayang banget kalau waktu, fikiran hanya untuk isu hutang yang belum terbayar pada khususnya dan keuangan pada umumnya yang tidak ada habisnya. Ada waktu dimana kita harus benar-benar bisa fokus pada masalah pendidikan, kesehatan, keluarga dan yang paling utama adalah ibadah kepada Allah SWT yang pastinya menjadi tujuan akhir dari setiap umat manusia.
Kembali bahas kenapa ini terjadi, karena pertama, karyawan tidak memiliki tujuan dalam pengelolaan keuangan mereka. Bahkan mereka tidak mengenal konsep financial freedom dalam diri dengan hasil bekerja yang sejatinya mereka bisa capai itu selama bekerja. Tidak adanya tujuan ini jelas membuat mereka jalan seadanya dan pasti terpengaruh oleh orang lain dan bahkan keluarga sendiri juga akan mempengaruhi mereka kelola uang.
Kedua, tidak mengenal literawsi keuangan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana mereka mendapatkan uang, mengelola uang untuk hutang, kebutuhan, dana darurat, tabungan dan bahkan investasi. Saya sadar sekali bahwa tidak ada perusahaan yang mengajarkan hal ini kepada karyawan mereka dna ini membuat karyawan buta akan pengelolaan keuangan. Dampaknya? jelas karyawan akan gagal kelola uang, konsumtif, bahkan pinjam uang ke perusahaan ataupun melalui bank dengan jaminan perusahaan.
Ketiga, tidak mengenal money management sehingga setiap uang yang didapat bukanlah aset yang harus dikelola dan dikembangkan. Money management masih asing ditelinga karyawan yang bekerja. Sayang banget yaa.. ilmu money management ini tidak diketahui, apalagi dikuasai dengan baik oleh para karyawan perusahaan.
Saya teringat dengan satu kalimat, dapatkan uang, gunakan untuk bisnismu. Kalimat ini menjadi sangat bermakna bagi setiap karyawan karena berhubungan dengan uang yang mereka dapatkan perlu sebagian digunakan untuk memulai dan bahkan mengembangkan bisnis.
Saya teringat dengan konsep warrent buffet lagi yang kurang lebih menyatakan bahwa gunakan skill mu untuk dapatkan uang, sebagian kecil dari uang tersebut untuk kebutuhan dan sebagian besar untuk kembangkan skill mu lagi alias investasi pada diri. Skill ini akan terus menghasilkan uang dan gunakan untuk membeli aset yang menghasilkan uang. Uang nya terus kembangkan beli aset yang akan menambah pendapatanmu secara pasif dan inilah yang akan membuatmu bisa mencapai financial freedom.
Bagi karyawan, mulailah fokus dengan konsep ini dengan memanfaatkan sebagian uangnya untuk memulai ataupun mengembangkan bisnis dengan pasangan hidup atau dengan keluarga. Bisa juga berinvestasi dengan bisnis yang sesuai dengan IKIGAI masing-masing yaitu
pertama, berbisnis yang diketahui dan sukai. Karyawan harus memilih bisnis yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Misal, saya sejak kecil sudah mengetahui bisnis pertanian sawah karena orang tua saya petani, maka ini sudah menjadi awal yang baik bagi karyawan. Lanjutkan, suka atau tidak? Bicara suka atau tidak, berhubungan dengan emosi yang pasti suka berubah-rubah. Disinilah rasanya perlu bijak bahwa pertanian itu bisa disukai oleh karyawan dan pilihan bisnis mereka ketika berstatus karyawan.
Kedua, bisnis yang ahli dibidang tersebut. Tidak hanya sampai tahu dan suka, karyawan perlu melihat tingkat keahlian mereka di bisnis tersebut. syaratnya adalah perlu jadi ahli pada bisnis itu karena dalam bisnis, akan banyak tantangan yang akan dihadapi dan disinilah ujiannya dimana mereka bisa menyelesaikan tantangan dengan pengetahuan dan skills nya. Menjadi master menjadi sebuah kewajiban bagi karyawan. Instink sudah berjalan dengan syarat kedua ini.
Ketiga, bisnis yang dibutuhkan pasar. Penting untuk mempertimbangkan market demand karena karyawan memastikan bahwa potensi pasarnya besar dan pasarnya juga terus tumbuh dalam artian jumlah konsumen dan bahkan permintan atas produk tersebut. Market growth menjadi salah satu prasyarat bagi karyawan dalam menilai pasar yang akan dilayani oleh bisnis tersebut.
Keempat, bisnis yang menghasilkan uang. Ini yang paling pasti, ketika bisnis dijalankan, harus menghasilkan uang berupa profit dalam jangka panjang. Profit adalah darah bagi bisnis yang dijalankan karyawan sehingga mereka tidak perlu lagi menyuntik uang ke perusahaan tersebut. Dengan profit, mereka bahkan bisa hidup dan bahkan bisa jadi pendapatannya dari usaha akan melebihi gaji dari perusahaan.
Bagi yang ingin mendapatkan ikigainya, bisa saya bantu sehingga meskipun berstatus sebagai karyawan, tetap bisa menjalankan bisnis tanpa mengganggu tugas di perusahaan.
