The Founder Mastercamp Banyak yang tidak memahami dengan baik konsep intangible asset yang dimiliki oleh para founder bisnis dan bahkan usah...
The Founder Mastercamp |
Teori Resources Based View dari Barney memang masih sangt relevan dengan bagaimana founder bisnis bisa mengelola perusahaan mereka dengan baik dan bisa tumbuh dan berkembang ditengah tingginya tingkat persaingan bisnis saat ini akan terjadi selalu seperti ini. Menjadi penting bagi founder bisnis untuk menguasai teori RBV ini dengan dua sumber daya yang harus benar-benar dikelola yaitu sumber daya tangible serta intangible dan juga kapabilitas.
Bagi founder bisnis, fokus pada optimasi intangible asset yang terdiri dari beberapa point yang bisa dimasukkan kedalam konteks ini
a. Mindset kewirausahana oleh founder bisnis dan karyawan perusahaan
b. Kompetensi karyawan
c. Sertifikasi yang dimiliki oleh perusahaan dan karyawan
d. Networking
e. Reputation
f. Teknologi
g. Intellectual property right
h. Merek
i. Hubungan baik dengan pelanggan supplier, distributor dan stakeholders lainnya
j. Budaya organisasi
Intangible asset ini perlu menjadi fokus perhatian founder bisnis dan diassess untuk terus ditingkatkan. Aset ini sangat penting karena sulit untuk ditiru atau disubstitusi dan memberikan diferensiasi yang kuat dibanding kompetitor.
Intangible assets ini sering menjadi sumber utama keunggulan bersaing bagi para founder bisnis dalam menjalankan bisnis mereka karena pertama, tidak mudah dilihat/diukur kompetitor. Kedua, perlu waktu lama untuk dibangun dan ketiga, tidak bisa dibeli di pasar begitu saja.
Dalam VRIO yang disampaikan oleh Barney, untuk intangible asset bisa menjadi menjadi sumber Sustainable Competitive Advantage yaitu
Pertama, intangible asset tersebut memberikan Value (V) → Apakah resource menciptakan nilai? (efisiensi, diferensiasi, mengurangi biaya, meningkatkan kepuasan pelanggan).
Kedua, intangible asset tersebut memiliki karakter Rarity (R) → Apakah resource dimiliki sedikit pesaing? (langka).
Ketiga, intangible asset tersebut bersifat Imitability (I) → Apakah resource sulit ditiru? (karena faktor sejarah, ambiguitas kausal, kompleksitas sosial).
Keempat, intangible asset tersebut beresifat Organization (O) → Apakah organisasi sudah siap memanfaatkan resource tersebut? (struktur, sistem, budaya, insentif mendukung).
Kerangka VRIO bisa digunakan oleh founder bisnis untuk fokus mengembangkan intangible asset nya untuk bisa membuat perusahaan bisa tumbuh dan berkembang. Fokus pada intangible asset yang dapat memberikan value bagi perusahaan dalam kerangka meningkatkan penjualan, menurunkan biaya serta akhirnya meningkatkan profit perusahaan.
Bila analisis kerangka VRIO bisa digunakan, akan didapatkan juga temuan dari aset intangible yang dapat dilihat pada gambar berikut
Pertama, bila intangible asset tidak memberikan value bagi perusahaan, makan aset tersebut tidak bernilai dan menjadi kelemahan bagi perusahaan.
Kedua, meskipun aset tersebut memiliki nilai, tetapi tidak bersifat langka, maka aset tersebu hanya memiliki keunggulan keunggulan kompetitif sementara (competitive parity).
Ketiga, meskipun aset tersebut bernilai & langka tapi mudah ditiru, maka aset tersebut disebut hanya memiliki temporary competitive advantage.
Keempat, bila aset tersebut memiliki nilai, langka, sulit ditiru, dan organisasi mampu mengelolanya, maka disebut sustainable competitive advantage.