Salah satu Bandara di Papua Tidak banyak founder bisnis yang menyadari pentingnya membangun sistem manajemen perusahaan yang sudah mereka ba...
 |
| Salah satu Bandara di Papua |
Tidak banyak founder bisnis yang menyadari pentingnya membangun sistem manajemen perusahaan yang sudah mereka bangun sejak awal dimana perjuangan mulai dari ide bisnis, model bisnis sampai dengan perencanaan bisnis. Banyak founder bisnis yang terjebak dengan rutinitas dengan melakukan aktivitas -aktivitas rutin seputar keuangan, pemasaran, operasi dan sumber daya manusia yang pastinya, pelaksanaannya terjebak pada hal-hal teknis.
Mau bukti? Lihat saja bagaimana founder bisnis yang sudah menjalankan bisnis lebih dari lima tahun, tetapi masih membahas hal-hal yang remeh temeh dan bahkan hal-hal yang tidak relevan dengan bagaimana desain bisnis yang sejatinya fokus pada sistem manajemen bisnis yang dijalankan founder bisnis tersebut.
Hal-hal remeh temeh bicara tentang keuangan perusahaan yang tidak menggunakan akuntansi, budgeting, financing, cost control dan juga manajemen arus kas yang tidak menggunakan digitalisasi. Semuanya dilakukan secara manual dikarenakan tidak menganggap manfaat dari digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan bagi founder bisnis. Hal-hal kecil itu menjadi kegiatan sehari-hari yang menjadi perhatian founder bisnis. Bahkan lebih parah, founder bisnis pun banyak yang tidak mengerti manajemen keuangan perusahaan.
Saya sangat merasakan hal ini ketika bertemu dengan banyak founder bisnis. Karena tidak berlatar belakang manajemen khususnya manajemen keuangan, founder bisnis tidak mengerti keuangan dalam perusahaan dan pastinya berdampak pada bagaimana keputusan yang mereka buat tidak berkontribusi pada keuangan. Nah, bagaimana mereka bisa memanfaatkan digitalisasi untuk keuangan? Tentu masih jauh dari yang seharusnya.
Demikian juga dengan manajemen pemasaran yang sejatinya bagi para founder bisnis yang harus memahami dengan baik. Memang banyak founder bisnis yang melakukan aktivitas penjualan atau selling, akan tetapi mereka tidak memahami konsep pemasaran atau marketing yang dilanjutkan dengan branding, selling, service dan bahkan customer relationship management.
Temuan saya adalah bagaimana founder bisnis yang tidak bisa menjalankan digital marketing yang sejatinya menjadi bagian dari sistem manajemen yang dapat membuat usaha mereka tumbuh dan berkembang. Akan tetapi, sistem manajemen pemasaran itu tidak bisa mereka buat, apalagi jalankan karena pemahaman yang sangat terbatas tentang pemasaran. Hmmm.. sayang sekali ini terjadi pada banyak founder bisnis.
Hal lainnya adalah pada manajemen operasi yang menggambarkan bagaimana proses bisnis dalam perusahaan mulai dari supplier, input, proses, output dan juga customer. Banyak founder bisnis yang tidak memiliki pemahaman yang dalam tentang proses bisnis yang sejatinya bagian dari manajemen bisnis. Biasanya, founder bisnis fokus pada proses produksi yang dijalankan oleh founder bisnis dalam perusahaan mereka.
Saya teringat dengan konsep silent killer dalam proses bisnis yang membuat perusahaan mereka merugi akibat biaya yang tidak disadari dengan baik oleh founder bisnis. Kesalahan dalam pemilihan supplier karena tidak memiliki standar pemilihan vendor, kesalahan dalam pengiriman barang dari supplier ke pabrik founder bisnis, tidak menerapkan manajemen gudang dalam bisnis mereka, tidak menjalankan proses produksi dengan baik, kesalahan dalam pengiriman barang jadi ke konsumen sampai dengan tidak puasnya konsumen.
Hal ini membuat founder bisnis tidak bisa mendesain sistem manajemen dalam konteks proses bisnis yang sejatinya didesain oleh para founder bisnis. Bergeserlah pada membangun sistem manajemen di proses bisnis dan bahkan memanfaatkan Enterprises Resources Planning (ERP) dalam proses bisnis perusahaan mereka.
Bagian terakhir yang kurang diperhatikan oleh para founder bisnis adalah sistem manajemen untuk sumber daya manusia atau Human Resources Management (HRM). Karena terbiasa dengan kerja sendiri, founder bisnis fokus kerja sendiri dan malah khawatir dengan keterlibatan orang lain dalam bisnis tersebut. Mereka tidak mau "berbagi" dengan orang lain untuk kepentingan orang lain yang bekerja tersebut.
Banyak founder bisnis yang tidak memiliki pengetahuan dan skill yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia. Konsentrasi founder bisnis pada produksi dan pemasaran. Bahkan diri mereka sendiri tidak dianggap sebagai karyawan dalam perusahaan. Sejatinya, bagi founder bisnis, ini adalah aspek yang sangat penting dan bersifat strategis untuk keperluan bagaimana pengelolaan sumber daya manusia.
Kondisi ini dapat dilihat bagaimana struktur organisasi yang dimiliki oleh founder bisnis seringkali tidak mencerminkan konsep bisnis dan manajemen untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Demikian juga bagaimana job description dan job specification, rekrutmen dan seleksi, penempatan karyawan, pelatihan dan pengembangan karyawan, kompensasi, karir serta pemutusan hubungan kerja. Dengan keterbatasan ini, jelas tidak mudah membangun sistem manajemen perusahaan.
Oleh karena itu, bagi founder bisnis, perlu fokus membangun sistem manajemen perusahaan yang diawali dengan
Pertama, melakukan analisis terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal bisnis yang dijalankan oleh founder bisnis. Pemahaman terhadap lingkungan bisnis ini menjadi titik awal bagi founder bisnis untuk bisa melihat pengaruhnya kepada bisnis yaitu peluang atau ancaman, kekuatan atau kelemahan karena lingkungan bisnis memiliki karakteristik VUCA, volatility, uncertainty, complexity serta ambiguity.
Kedua, menetapkan posisi bisnisnya di pasar dengan menggunakan tool atau alat manajemen seperti TOWS matriks. Hal ini menjadi point untuk mencari posisi perusahaan dipasar, apakah sama dengan pesaing, diatas pesaing ataupun dibawah pesaing yang akan menentukan pilihan bisnis founder bisnis agar bisa mencapai sustainable competitive advantage.
Ketiga, merumuskan strategi yang berawal dari visi, misi, tujuan, budaya perusahaan serta strategi yang dipilih oleh founder bisnis. Visi berhubungan dengan impian founder bisnis terhadap bisnis mereka berbasis pada keunggulan yang dibatasi oleh geografi dan tahun. Misi bicara tentang alasan kenapa bisnis itu dijalankan. sedangkan tujuan berhubungan dengan profit, people, planet, sustain and growth.
Keempat, menjalankan strategi yang terdiri dari program, budget sampai dengan prosedur yang bertujuan untuk bisa membangun sistem manajemen.
Kelima, melakukan evaluasi dan kontrol atas strategi yang sudah dibuat dan dijalankan oleh founder bisnis. salah satu alat yang digunakan adalah balanced scorecard untuk menetapkan Objectives atau tujuan, Measurement atau ukuran (Key Performance Indicator), Target dan Initiatives atau yang seringkali saya sebut dengan OMTI.
Nah, sejatinya teman-teman founder bisnis mulai fokus untuk membangun sistem manajemen perusahaan saat ini untuk bisa membuat bisnis itu bisa profit, people, planet, sustain dan growth. Artinya, bisnis yang menghasilkan laba bagi pemegang saham, memberikan manfaat bagi orang lain yaitu konsumen, karyawan serta masyarakat. Tidak merusak alam alias menjaga kelestarian alam. Bisnis yang berkelanjutan sampai 25 tahun kedepan. Adapun tumbuh adalah usaha bertumbuh dari skala mikro ke kecil, kecil ke menengah, menengah ke besar.
So, yuk.. kita bangun sistem manajemen perusahaan.
