Hmmm... saya menjadi semakin tertarik dengan kalimat ANTI MISKIN karena menjadi sebuah simbol penyemangat bagi para entrepreneurs, pensiunpr...
Saya teringat dengan sebuah konsep motivasi dimana seorang itu dimotivasi dengan dua pola yaitu bayangkan yang enak-enak nya dan/atau bayangkan yang paling tidak enaknya. Biasanya, pilihan pertama berharap kondisi ideal, kondisi dimana seorang entrepreneur ataupun pensiunpreneur yang mendapatkan kebahagiaan atas apa yang dilakukan dan ini menjadi motivasi positif.
Namun demikian, kondisi ini tidak mampu menggerakkan orang dengan optimal karena yang terbayang adalah kondisi ideal, kondisi enak yang membuat mereka berharap untuk mencapainya. Banyak orang yang gagal pada kondisi ini karena ada proses yang harus dilewati untuk mencapainya sehingga itu menjadi sebuah harapan yang sejatinya menunggu waktu untuk mendapatkannya. Dalam perjalanannya, akan terjadi banyak hal yang membuat mereka tidak konsisten mencapainya.
Satu motivasi lainnya adalah motivasi negatif yang notabene adalah kebalikan dari motivasi diatas karena mereka merasakan kondisi yang tidak enak yaitu kondisi miskin. Tentu bagi banyak orang, konsep miskin ini menjadi yang ditakutkan karena kondisi yang membuat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan baik. Bahkan untuk makan, keperluan rumah tangga, keperluan sekolah anak, transportasi dan lain-lain, mereka tidak bisa memenuhi dengan baik.
Mereka perlu berhutang untuk bisa mendapatkan uang agar terpenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini diperparah lagi dengan kondisi tidak punya dana darurat ketika ada kebutuhan mendadak yang harus dipenuhi. Tidak punya tabungan pendidikan anak, perbaikan rumah dan lain-lain. Apalagi untuk dana investasi yang pastinya membuat mereka hidup tidak tenang.
Saya teringat dengan kondisi saya dulu dimana sebagai seorang entrepreneur dan bahkan pensiunpreneur yang mengalami kendala dalam bisnis dan membuat saya jatuh miskin. Hidup penuh dengan hutang dan untuk makan sehari-hari saja, saya susah. Harus berhutang dengan menggunakan kartu kredit, pinjam ke keluarga dan bahkan ke teman sekalian. Ngga kuat rasanya menjadi seorang pensiunpreneur yang notabene sebagai founder bisnis yang menghadapi kondisi susah tersebut
Tentu ini menjadi paradox bagi seorang founder bisnis khususnya pensiunpreneur dalam menjalankan bisnis. Disatu sisi mereka menjalankan aktivitas bisnis untuk mendapatkan uang agar bisa kaya, tetapi mereka masih dalam keadaan miskin dalam artian kelolaan uang juga masih bermasalah. Hutang dimana-mana, untuk makan aja di rumah susah dan tidak punya dana darurat. Bahkan tabungan juga ngga punya,
Saya sedih menghadapi kondisi tersebut dan mulai berfikir, ada yang salah deh ketika saya menjadi seorang founder bisnis. Kok keuangan pribadi dan keluarga tidak aman dengan menjadi seorang founder bisnis. Ada yang salah deh, dengan kondisi ini.
Menariknya, ketika saya analisis adalah kesalahan dalam mindset saya terhadap uang dan hakekat bisnis itu sendiri. Apa itu? Mindset atau pola pikir yang berubah jadi sikap mental dalam melihat uang khususnya untuk diri dan keluarga. Apa itu? Anti Miskin. Ini menjadi dasar untuk berfikir tentang kelolaan uang para founder bisnis.
Konsep anti miskin ini merupakan kebalikan dari sejatinya seorang founder bisnis yang bisa kelola uang dengan baik untuk tujuan Financial Freedom alias jadi orang kaya. Bayangkan kalau kita sebagai founder bisnis yang masih miskin,
Pertama, Tidak punya uang untuk makan dan keperluan keluarga, sementara lebih mikirin gaji karyawan.
Kedua, untuk bertahan hidup, masih berhutang melalui kartu kredit, pay later dan bahkan dengan menggunakan pinjaman online.
Ketiga, ketika anak butuh uang untuk biaya sekolah, harus pake uang usaha dulu karena emang tidak ada uang nya.
Keempat, didatangi debt collector dari berbagai perusahaan karena adanya hutang yang harus diselesaikan oleh para founder bisnis.
Kelimat, mulai stress dan sakit-sakitan karena gagal dalam kelola uang pribadi dan keluarga sehingga akhirnya merugikan semua dan berdampak pada bisnis masing-masing.
hmmmm.. masih banyak lho, kondisi negatif lainnya, dimana bisa jadi malu bertemu orang banyak sampai dengan tidak bisa bantu orang tua, keluarga dan bahkan tidak bisa bersedekah dan berinfaq bagi banyak orang,.
Nah, kembali ke dasarnya lagi yaitu perlunya kesadaran mendasar dari para founder bisnis untuk bisa menyatakan dalam diri mereka bahwa saya melakukan bisnis ini untuk ANTI MISKIN alias untuk mencapai financial freedom. Kondisi dimana saya harus menjadi orang kaya dengan hasil usaha yang saya dapatkan dari bisnis ini.
Target akhirnya dimana? Yuk mulai hitung sebuah angka rupiah yang harus dimiliki yaitu bagaimana seorang founder bisnis memiliki hitungan
Kebutuhan bulanan : Rp. 10.000.000/bulan
asumsikan kebutuhan tersebut adalah 4% dari total asset yang dimiliki
Perhitungannya adalah financial freedom =
(10 jt x 12 bulan)/4% = 120 jt/4% = 3 Milyar
Jadi, target yang harus dicapai seorang founder bisnis untuk bisa ANTI MISKIN adalah punya aset bisa berupa uang ataupun aset lainnya sebesar Rp. 3 Milyar dan bila dikelola dengan baik dengan hasil bisnis 10% per tahun bisa menghasilkan Rp. 300 juta/tahun sehingga kalau dibagi 12 bulan akan menjadi Rp. 25 juta sehingga bisa melewati kebutuhan bulanan dan bahkan bisa juga untuk keinginan.
So, bagi para founder bisnis, yuk kita merenung kembali bahwa sejatinya kita itu ANTI MISKIN sebagai tujuan dari pada menjalankan bisnis ini dan fokus untuk mencapai hal tersebut.
