Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa Barat Salah satu tantangan seorang founder adalah kelemahan yang mereka miliki dan ini seringkali menjad...
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa Barat |
Salah satu tantangan seorang founder adalah kelemahan yang mereka miliki dan ini seringkali menjadi perhatian utama karena lebih fokus kepada kelemahan sendiri. Akhirnya lebih khawatir karena tidak melihat hubungannya dengan dimensi lagi. Overthnking menjadi salah satu hal yang dialami oleh setiap founder dan akibatnya tidak dapat berfikir baik dan gagal untuk berfikir stratejik dalam menjalankan bisnis.
Sejatinya hal ini akan terjadi juga kepada setiap karyawan dan sayang sekali kalau ini terjadi dan mengindikasikan bagaimana seorang karyawan tidak bisa berfikir stratejik untuk perusahaan mereka karena tidak bisa melihat keterhubungan antara kelemahan perusahaan dengan potensi peluang dari lingkungan eksternal. Padahal peluang itu berasal dari lingkungan eksternal, baik lingkungan eksternal mikro maupun makro dan global.
Bagi founder, mengajarkan diri dan karyawan untuk berfikir stratejik bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk menutupi kelemahan yang terjadi di perusahaan. Jadi, hubungkan kelemahan dengan peluang yang ada sehingga didapatkan sebuah strategi yang tepat. Poin utamanya adalah bagaimana memanfaatkan peluang untuk menutupi kelemahan. Fokuslah ke sini dan akan membantu karyawan untuk berfikir dengan baik dan bersifat stratejik.
Oleh karena itu, sejatinya founder bersama karyawan untuk memetakan kembali peluang-peluang y ang berasal dari lingkungan eksternal tersebut. Peluang yang berasal dari konsumen, pesaing, distributor, supplier sebagai lingkungan eksternal mikro yang berhubungan langsung dengan bisnis para founder dan pastinya dapat dipahami oleh karyawan.
Peluang dari perubahan lingkungan politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan alam, hukum sampai dengan lingkungan global. Semua peluang dari lingkungan eksternal ini perlu dipetakan dengan dukungan data yang valid dan reliable. Perlu memiliki data-data yang bersifat historical dan bahkan prediksi kedepannya.
Tentu juga data-data kelemahan yang dimilik oleh perusahaan menjadi isu stratejik dan harus ada sehingga diketahui kelemahan perusahaan secara objektif. Hal ini perlu dilakukan dengan baik sehingga dipahami kelemahan perusahaan yang sebenarnya. Data ini menjadi dasar bagi setiap karyawan untuk berfikir.
Setelah ini, perlu founder dan karyawan untuk duduk bersama untuk membahas data tersebut dan menjadikan sebagai sebuah informasi yang sangat stratejik sehingga diketahui peluang dan kelemahan dari perusahaan yang harus ditetapkan strategi yang tepat untuk bisa dijalankan oleh perusahaan untuk mencapai sustainable competitive advantage.
Strategi yang dipilih disampaikan kepada seluruh tim sehingga mereka paham dan diturunkan kedalam bentuk program yang juga didapat dari usulan-usulan karyawan yang terlibat untuk berfikir stratejik tersebut. Program-program yang berasal dari bawah sehingga karyawan merasa itu ada kontribusi mereka untuk membesarkan perusahaan dalam rangka shifting to corporate entrepreneurship yang menjadi program utama manajemen perusahaan.