Rasanya, kalimat ini sudah sering saya dengar,apalagi sejak kuliah di Magister manajemen dulu, tahun 2004 an. Akan tetapi, kalimat ini me...
Rasanya, kalimat ini sudah sering saya dengar,apalagi sejak kuliah di Magister manajemen dulu, tahun 2004 an. Akan tetapi, kalimat ini membuat saya tersentak lagi ketika berdiskusi dengan seorang direktur utama salam satu BUMN. Beliau baru saja mengikuti seminar tentang risk management yang diadakan oleh BPK dan ini relevan dengan apa yang sedang beliau jalankan saat ini, yaitu menjadi direktur utama salah satu BUMN.
Saya tidak membahas apa yang disampaikan berhubungan dengan BPK tersebut akan tetapi, beliau membahas bagaimana seorang direktur utama itu harus menyadari high risk, high return karena kalau tidak seperti itu, BUMN yang dipimpin tidak akan pernah bisa besar dan berkembang. Tidak mungkinitu dibiarkan, akan tetapi harus di mitigasi setia resiko yang terjadi sehingga resiko itu tidak berdampak kepada bisnis jangka panjang.
Konsep ini penting untuk dipahami bagi setiap entrepeneur karena memang setiap entrepeneur itu selalu menghadapi resiko dalam menjalankan bisnis yang mereka pilih. Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh entrepeneur adalah bagaimana mereka harus menjadi seorang calculated risk taker karena memang seorang entrepeneur itu memilih untuk menjadi pengusaha dengan pilihan high risk, high return. Inilah yang membedakan seorang entrepeneur dengan karyawan.
Kenapa high risk? Karena bisnis para entrepeneur itu berada dalam lingkungan bisnis yang selalu berubah, tidak pasti, tidak bisa dikontrol dan juga mengalami turbulensi. Inilah yang membuat resiko itu muncul karena ketidak pastian ini. Resiko tersebut akan berdampak kepada penurunan profit perusahaan berupa peningkatan cost. Biaya-biaya akan melekat dan meningkat yang akan dirasakan oleh para entrepeneur. cost itu akan menggerogoti profit yang seharusnya bisa didapat oleh para entrepeneur.
Sebagai contoh, resiko bila terjadi kebijakan yang salah membeli mesin untuk produksi, akan berdampak kepada biaya yang timbul akibat kesalahan dalam kebijakan tersebut berupa kualitas barang yang dihasilkan, daya tahun dan lain-lain. Hal ini tentu akan beresiko untuk bisnis untuk jangka panjang karena produksi akan terganggu.
Kerugian lainnya juga adalah penurunan kualitas barang akan berdampak pada return perusahaan dimana akan terjadi penurunan penjualan perusahaan atau omzet yang nantinya akan menurunkan penerimaan perusahaan. Hal ini penting untuk dipahami karena tidak semua penjualan itu berhubungan dengan promosi, karena yang paling penting adalah produk itu sendiri dulu, barulan promosi akan mengikuti.
Terus, kenapa high return? Karena entrepeneur mendaptkan dua hal yaitu gaji dan juga laba dari bisnis mereka. Pilihan seorang untuk menjadi entrepeneur tentulah memiliki motif bisnis itu sendiri dimana mereka mengharapkan mendapatkan uang dari setiap aktivitas bisnis. Uang tersebut jelas merupakan motivasi awal yang perlu diperhatikan karena bukan karena UUD atau ujung-ujungnya duit, akan tetapi, memang semuanya itu diukur dengan uang, sebagai salah satu indikator yang digunakan dalam kehidupan bisnis setiap orang.
Tentu manfaat dalam bentuk uang menjadi point bagi setiap entrepeneur. ada dua yaitu gaji. Setiap entrepreneur memang harus digaji karena ada opportunity cost yang dikeluarkan oleh setiap orang untuk menjadi entrepreneur. artinya, bila dia bekerja, dia akan dapatkan berapa dan hal ini harus dibandingkan dengan gaji yang didapat selama bekerja diperusahaan sendiri. Oleh karena itu, gaji tiap bulan adalah target yang harus ditetapkan diawal oleh para entrepeneur.
Selain gaji, entrepreneur juga berharap dari laba perusahaan yang notabene adalah hasil usaha perusahaan. laba itu akan ditentukan di akhir tahun atau berdasarkan tutup buku dari setiap perusahaan yaitu di akhir tahun atau 31 Desember setiap tahunnya. Laba itulah yang menjadi tujuan entrepeneur agar bisa menjadi amunisi dalam berusaha. Laba ini yang membedakan entrepeneur dengan karyawan.
Kenapa calculated risk taker?u Karena resiko itu harus diukur dan dimitigasi. Setiap resiko harus benar-benar diukur dampaknya bagi perusahaan. ada resiko yang bisa ditanggung sendiri dan ada juga resiko yang harus dibagi kepada orang lain yaitu kepada asuransi. Tentu orang mengenal asuransi kebakaran, banjir, kecelakanaan danlain-lain. Hal ini merupakan bentuk mitigasi resikko oleh para entrepeneur. selain itu, ada juga resiko yang harus diantisipasi oleh para entrepeneur agar tidak meluas.
Bahkan untuk meminimalisir resiko ini, ada Iso tersendiri yaitu ISO 31000 yang membahas tentang risk management. Artinya, sudah ada standar untuk mengelola resiko yang dihadapi oleh para entrepeneur dalam menjalankan bisnis mereka. So, semakin jelas bahwa entrepeneur itu benar-benar pilihan yang penuh dengan high risk, high return.