Salam kang Terima kasih saya sampaikan kepada akang yang selalu memberikan sharing pengetahuan melalui rubrik tanya jawab ini seputar p...
Salam kang
Terima kasih saya sampaikan kepada akang yang
selalu memberikan sharing pengetahuan melalui rubrik tanya jawab ini seputar
permasalahan yang dihadapi oleh para entrepeneur, apalagi entrepreneur pemula
yang memang banyak menghadapi “kerikil-kerikil” dalam berbisnis sehingga
berdampak pada bisnis yang dijalankan, dan bahkan ada yang dipaksa mundur dari
“arena” bisnis yang keras ini.
Bisnis saya adalah fashion khususnya pakaian
muslimah yang pasti akang sudah tidak asing lagi. Dalam banyak hal, akang
seringkali membahas bisnis ini sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan oleh
para pembaca Koran Bisnis Bandung. Mereka banyak yang memiliki bisnis fashion
ini sehingga terkesan sulit untuk membedakan antara pelaku usaha yang satu
dengan yang lainnya.
Demikian juga yang saya rasakan saat ini dimana
bisnis yang saya jalankan tersebut benar-benar menghadapi persaingan yang
sangat tinggi. Bahkan antar sesama pemilik bisnis fashion terlihat bunuh diri
dengan mengawarkan harga yang sudah tidak masuk akal lagi dalam kerangka bisnis
as usual. Yang penting bagi mereka barang habis terjual, meski marjin sangat
tipis dan bahkan cenderung rugi.
Dalam kondisi ini, saya tidak mau terlibat jauh
dimana pasar yang sudah terbentuk dengan harga yang gila-gilaan tersebut, hanya
akan membuat saya menjadi rugi. Tentu akang akan mentertawarkan saya karena
selalu akang bilang bahwa bisnis tersebut adalah bagaimana mencapai profit,
people, planet, sustainability serta tumbuh dan berkembang. Inilah yang menjadi
tantangannya saya.
Mohon kiranya akan bisa memberikan saran kepada
saya untuk menghadapi persaingan seperti ini agar bisnis saya tidak ikut terjun
bebas mengikuti pasar yang sudah tidak rasional ini lagi. Atas masukan akang,
saya ucapkan terima kasih.
Septi, Bandung
Wassalam Teh Septi ,
Berbisnis fashion, kususnya fashion muslimah di Kota Bandung adalah
bisnis yang sangat menantang bagi setiap pelaku usahanya. Kenapa demikian?
Kalau diliha dari pasarnya, pasar ini sudah menghadapi persaingan yang luar
biasa karena begitu banyak pelaku usaha yang terjun ke bidang ini.Lihat saja,
diberbagai tempat di Kota Bandung, selalu ada yang berbisnis ini. Akan tetapi,
berdasarkan pengamatan saya, ada hal yang unik dalam pasar ini.
Para pelaku di bisnis ini memiliki knowledge, skill dan attitude yang
berbeda satu sama lain. Ada yang benar-benar berbisnis fashion muslimah yang
dimulai dengan membuat desain terlebih dahulu, belajar bahan, belajar menjahit,
lalu memasarkan dan sampai mengelola bisnis dengan membuat toko ataupun butik.
Akan tetapi, ada juga yang pelakunya hanya sebagai menjadi reseller
dalam bisnis ini dimana mereka memasarkan produk orang lain, akan tetapi, tidak
memiliki knowledge, skill dan attitude yang tepat dalam bisnis ini. kelompok
ini banyak dan menurut saya kelompok ini lebih mayoritas dibandingkan dengan
kelompok yang benar-benar memahami bisnis fashion muslimah ini.
Oleh karena itu, penting buat mba septi untuk masuk kedalam kelompok
pertama dimana saya selalu bilang bahwa setiap entrepreneur itu harus knowing
your business atau mengetahui, memahami, menghayati dan kalau boleh dibilang,
hidup bersama dengan bisnis tersebut. artinya, Teh Septi harus benar-benar
menguasai bisnis ini dari hulu ke hilir. Pentiing untuk melakukan hal ini.
Tujuannya adalah agar teteh bisa memberikan superior value kepada
pelanggan. Nilai yang lebih unggul dibandingkan dengan pelanggan lainnya
sehingga pilihan produk oleh pelanggan tetap kepada teteh. Hal ini kuncinya
adalah ada di pengetahuan secara keseluruhan terhadap bisnis yang dijalankan.
Superior value itu bisa melalui kualitas produk, layanan yang diberikan
kepada pelanggan, kualitas karyawan serta image yang didapatkan mereka setelah
mengeluarkan biaya. Tetapi, mereka bisa mendapatkan minimalisir waktu, energi
dan juga psikologi untuk mendapatkan produk dari teteh. Inilah yang bisa
dilakukan bisa dilakukan bila teteh bisa memberikan superior value bagi
konsumen.