Iklim ekonomi di Indonesia bisa dikatakan mengalami peningkatan, dibandingkan tahun 2015 lalu. Selain kenaikan pertumbuhan ekonomi, harga...
Iklim ekonomi di Indonesia bisa dikatakan mengalami peningkatan, dibandingkan tahun 2015 lalu. Selain kenaikan pertumbuhan ekonomi, harga komoditas juga perlahan sudah mulai membaik.
Proyeksikan pertumbuhan kredit pada 2017 sekitar 11 persen. Angka ini juga mengacu pada asumsi pertumbuhan yang disepakati bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebesar 5,1 persen.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan meski sudah lebih baik tak berarti kemudian diikuti dengan pertumbuhan kredit, tahun ini pertumbuhan penyaluran pinjaman masih di bawah 10%. Namun, tahun depan prediksi BI, penyaluran kredit bisa tumbuh hingga 12%.
"Pertumbuhan kredit tahun depan bisa 10-12%, kalau tahun ini masih di bawah 10%. Karena kedepan dunia usaha sudah lebih siap, kalau tahun ini kan mereka juga masih nunggu tax amnesty waktu itu," jelas Mirza dalam acara diskusi Arah Kebijakan BI 2017 di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (1/12/2016).
"Kemudian soal NPL, karena bank masih melakukan restrukturisasi kredit di 2015, wajar NPL naik karena harga komoditas juga anjlok. Jadi di 2017 restrukturisasi selesai, bank mikirnya buat ekspansi, bukan restrukturisasi lagi," imbuhnya.
Dan menurutnya walau ada peningkatan Iklim ekonomi di Indonesia, tidak akan sebaik peningkatan ekonomi di tahun 2012 saat booming komoditas, dan juga di tambah Faktor ekonomi global yang masih lemah yang membuat ekspor kita turun dan harga komoditi yang menjadi andalan Indonesia belum pulih.
"Memang belum kembali ke situasi tahun 2012. Jadi tak bisa dikatakan, suku bunga sudah turun 6 kali, GWM (Giro Wajib Minimum) sudah diturunkan 2 kali, tapi kok pertumbuhan ekonominya belum kembali, kok pertumbuhan kredit masih rendah. Karena situasi globalnya belum sebaik di 2012," diperjelas oleh Mirza.