Asslamualaikum wr. Wb. Pa kabar kang Meriza, saya saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung. ...
Asslamualaikum
wr. Wb.
Pa
kabar kang Meriza, saya saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi di Kota Bandung. namun demikian, saya menyadari bahwa saya
harus menjadi seorang entrepreneur karena melihat apa yang ada didepan saya
nantinya setelah kuliah adalah kesempatan kerja yang begitu kecil. Peluang
bekerja sangat tipis karena lapangan kerja tidak berbanding lurus dengan jumlah
yang melamar untuk bekerja.
Oleh
karena itu, sejak akhir 2013 kemaren, saya dan teman-teman bersepakat untuk
membangun bisnis kuliner yaitu Ramen di Cikutra. Bisnis yang sebenarnya sangat
baru bagi saya, tetapi, salah satu dari kami berempat, sudah
memilikipengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk berbisnis ini
karena beliau adalah lulusan salah satu perguruan tinggi di bidang makanan.
Namun
demikian, saya mengalami kendala dalam konteks promosi. Kesalahan kami berempat
adalah kurang memperhitungkan anggaran untuk promosi yang notabene adalah
anggaran yang harus disiapkan untuk bisnis pemula. Kami menyadari ini adalah
kesalahan yang tidak bisa ditolelir karena sebagai bisnis yang baru berdiri,
tentu membutuhkan effor untuk dikenalkan kepada calon konsumen.
Dampaknya
adalah kami mengalami kendala untuk berpromosi. Keterbatasan anggaran inilah
yang membuat promosi tidak bisa dilakukan. kenyataannya adalah pengunjung belum
seperti yang kami targetkan di awal pendirian bisnis ini sehingga revenue juga
masih jauh dibawah target.
Kami
mohon saran dari akang, apa yang seharusnya kami lakukan karena kami tetap
berharap bagaimana pembeli bisa bertambah sementara anggaran untuk berpromosi
sangat minim. Padahal kami sudah mempersiapkan produk yang berkualitas, unggul
dan lebih baik dari pesaing. Itu dulu kang, nuhun atas tanggapan akang.
Wassalam
Yosep,
Bandung
Waalaikum
salam
Senang
sekali saya mendengar ada mahasiswa yang sudah memutuskan untuk menjadi seorang
entrepreneur ketika masih duduk dibangku kuliah karena tidak gampang untuk
membuat keputusan untuk masa depan. Apalagi menjadi seorang entrepreneur yang
nota bene jelas membutuhkan kepastian bagi masa depan karena kalau gagal, akan
berdampak kepada masa depan itu sendiri.
Bicara
tentang bisnis yang dijalankan oleh Yosep, memang saya sering menemukan
kesalahan yang dibuat oleh para entrepreneur adalah tidak membuat anggaran
secara detail dan untuk jangka waktu minimal enam bulan. dalam konteks bisnis,
setiap entrepreneur itu perlu membuat budgeting agar dapat menggambarkan
capital expenditure atau belanja modal dalam bisnis mereka untuk enam bulan,
tetapi, tidak dilakukan.
Dampaknya,
jelas akan berpengaruh negatif kepada proses bisnis itu sendiri, mulai dari
keuangan, pemasaran, operasi dan juga sumber daya manusia. Akan tetapi, masih
bisa diperbaiki karena Yosep sudah menyadari kondisi ini lebih awal.
Perlu
bagi Yosep untuk memutar otak menemukan cara yang paling efektif dan efisien
untuk meningkatkan jumlah konsumen, mulai dari Attention, Interest, Desire,
Action (AIDA) sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah reveneu dari
bisnis tersebut. kondisi saat ini menuntut Yosep untuk memanfaatkan konsep low
budget, high impact dalam mempromosikan bisnis tersebut.
Memang
strategi yang banyak digunakan orang adalah dengan memanfaatkan sosical media
seperti instagram, facebook, twitter dan lain-lain. Sebaiknya, Yosep juga
memanfaatkan lomba bisnis untuk dijadikan sebagai media promosi. Lomba bisnis
itu luar bisa dampaknya karena akan bisa mempengaruhi trust dari konsumen
kepada para owner dan juga bisnis serta produk yang dijual.
Pengalaman
entrepeneur muda yang sukses, termasuk GIMB Foundation juga melakukan hal yang
sama untuk mem-brandingkan yayasan ini kepada stakeholder. Dampaknya luar biasa
sehingga dapat dikenal oleh stakeholder dengan biaya murah selain hadiah juga
tentunya yang bisa digunakan untuk modal kerja. Oleh karena itu Yosep dan
kawan-kawan perlu mempertimbangkan lomba ini untuk berpromosi. Sukses selalu
ya...