“Pak, kenapa saya tidak melihat untung atau laba dari usaha saya? sementara saya sudah bekerja keras untuk membangun usaha makanan tradis...
“Pak, kenapa saya tidak melihat untung
atau laba dari usaha saya? sementara saya sudah bekerja keras untuk membangun
usaha makanan tradisional” ....Inilah pertanyaan dari seorang binaan Rumah
Zakat yang mengikuti seminar di Bandung Trade Mall dua hari yang lalu dimana
saya diminta untuk menjadi salah satu narasumbernya. Terenyuh dan sedih
mendengar pertanyaan dari Ibu tadi.
Kalau dlihat bisnis yang beliau
jalankan, prospek pertumbuhan bisnis dan laba juga masih besar karena setiap
orang pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan tradisional yang juga
diperlihatkan beliau dengan menjadi supplier konsumsi untuk acara tersebut.
Luar biasa dan beliau menyatakan bahwa laba yang didapat kurang lebih tiga juta
rupiah dan bisa dimanfaatkan untuk membiayai kehidupan dan pendidikan dua orang
anak beliau.
Pertanyaanya adalah kenapa laba yang
dihasilkan oleh usaha yang beliau jalankan itu terasa tidak ada sehingga
membuatnya seringkali bertanya apakah tepat nggak sih bisnis yang dijalankan?
Kelola keuangan bisnis
Inilah yang menjadi akar masalah bagi
setiap entrepreneur dalam menjalankan bisnis, termasuk entreperneur di Kota
Bandung ini. Permasalahan dasar adalah knowledge, skill dan attitude mereka
tentang hakekat bisnis itu sendiri yang kurang. Selalu saya sampaikan bahwa
bisnis itu sederhana yaitu Ujung-ujung nya duit (UUD) yang merupakan terjemahan
sambil becanda dari konsep Create Money.
Konsep inilah yang seringkali tidak
dipahami oleh para entrepreneur padahal tujuan bisnis itu pada hakekatnya
adalah profit, people, planet, sustainability serta tumbuh dan berkembang dari
skala mikro, kecil, menengah dan besar. Kalau disederhanakan, jelas konsep TP =
TR – TC adalah konsep dasar yang seringkali tidak dipahami oleh para entrepreneur
tersebut. TP adalah total profit yang dihasilkan dari Total Revenue yang
dikurangi dengan total cost.
Pengetahuan dan kemampuan inilah yang
perlu ditingkatkan dalam diri setiap entrepreneur. Kejadian yang dialami oleh
Ibu kemaren perlu menjadi perhatian agar entrepeneur di Kota Bandung
benar-benar bisa mencapai tujuan bisnis yang mereka jalankan. Pendidikan
tentang manajemen keuangan perlu diberikan secara terus menerus. Tidak gampang
memang, karena pengetahuan ini harus langsung diaplikasikan ke dalam bisnis
mereka masing-masing.
Beberapa waktu lalu, memberikan
pengetahuan dan langsung praktek kepada entrepeneur dan terlihat bahwa mereka
benar-benar “mengalami” kendala untuk menjalankannya. Oleh karena itu, perlu
aspek selanjutnya yaitu pendampingan kepada mereka dalam mengelola keuangan
tersebut. Hal ini akan menjadi kesempatan bagi mereka untuk menjadi tempat
bertanya ketika mereka mengalami permasalahan dalam mengelola keuangan
tersebut.
Barulah selanjutnya yang paling
penting adalah mengontrol setiap pengelolaan keuangan yang sudah dilakukan. Caranya, melihat
capaian profit yang dihasilkan oleh total revenue yang dikurangi dengan total
cost yang dicapai oleh entrepreneur setiap akhir bulan.
Hal ini akan memperlihatkan sejauh
mana pengetahuan, keterampilan serta sikap para entrepreneur terhadap
pengelolaan keuangan. Evaluasi juga akan bisa menjadi kesempatan untuk
melakukan sharing dengan mereka tentang perbaikan yang harus dilakukan terhadap
pengelolaan keuangan tersebut.