Diam...itulah yang saya dapatkan dari teman yang saya tanyakan tingkat profitabilitas mereka dalam berbisnis. Selama ini, beliau sudah me...
Diam...itulah
yang saya dapatkan dari teman yang saya tanyakan tingkat profitabilitas mereka
dalam berbisnis. Selama ini, beliau sudah merasakan bisnsi tersebut
menguntungkan karena adanya laba yang didapat selama kegiatan bisnis. Laba yang
digunakan juga untuk “berfoya-foya” dengan rekan bisnis yang lain.
Akan
tetapi, ketika saya tanya, berapa profit yang didapatkan? Beliau bingung
menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan yang menurut saya sangat biasa, akan tetapi
sulit untuk dijawab karena memang sulit untuk menjawabnya.
Untuk
memulai jawaban atas pertanyaan tersebut, seorang entrepeneur harus memiliki
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, perubahan arus
kas dan perubahan modal. Tentu pembuatannya harus mengikuti standari akuntansi
yang berlaku umum.
Inilah
salah satu kelemahan daripada entrepeneur dalam berbisnis. Mereka terkesan
kurang memperhatikan aspek akuntansi dalam bisnis sehinggapencatatanpun
menjadis angat biasa. Bahkan sering tidak mencatat apa yang dilakukan
diperusahaan.
Banya,
transaksi yang tidak tercatat dan membuat nggak jelas pelaksanaan dalam bisnis.
Akhirnya adalah tidak bisa membuat keputusan yang baik dalam bisnis itusendiri.
Banyak keputusan yang asal-asalan dan tidak memberikan manfaat bagi perusahaan.
Padahal,
dengan akuntansi inilah bisa diketahui kesehatan suatu perusahaan dan menjadi
tanggungjawab setiap entrepreneur untuk mendalami, memahami dan menggunakan
akuntansi sebagai tool untuk menjalankan bisnisnya saat ini dan yang akan
datang. Kesuksesan setiap entrepreur sangat ditentukan oleh bagaimana mereka
mengelola keuangan dengan basis akuntansi.