“Juara itu tidak mudah. Kenapa? Karena persaingan. Tingkat persaingan saat ini sudah sangat tinggi, sehingga seringkali kalah bersaing” itu...

Rasanya, hal ini juga sering dihadapi dan disimpulkan oleh banyak orang dalam kehidupan ini. Menganggap menjadi juara tersebut susah untuk dicapai yang disebabkan oleh tingkat persaingan yang sangat tinggi. Akhirnya, menyerah deh.. menjadi the looser bagi saya. Itu yang banyak terjadi pada orang disekitar. Jadinya, juara tersebut hanya sampai pada mimpi.
Kalau diperhatikan, banyak faktor yang menyebabkan orang gagal atau tidak bisa menjadi juara. Faktor-faktor tersebut menyumbang kepada tidak tercapainya tujuan. Beberapa diantaranya adalah persaingan, perubahan lingkungan, tidak fair dan laini-lain yang dianggap dan bahkan dijadikan sebagai alasan untuk tidak meneruskan untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Akan tetapi, saya mencoba melihat dari aspek yang lain. Kegagalan seseorang untuk menjadi juara disebabkan oleh kegagalan mereka untuk memaknai arti juara atau kesuksesan tersebut bagi diri mereka masing-masing. Dalam konsep lain, kegagalan dalam mendefinisikan kesuksesan tersebut. Hal ini menjadi perhatian karena ini adalah fondasi untuk mencapai sukses tersebut.
Oleh karena itu, hal yang harus dilakukan oleh setiap orang untuk menjadi juara adalah mendefinisikan apa itu juara yang mereka maksud. Sebagai contoh, saya ingin sukses mendirikan sekolah entrepeneur di Bandung. saya ingin juara di bidang sekolah.
Konsep kesuksesan yang menjadi juara di pendirian sekolah ini adalah saya ingin memiliki sekolah yang berbeda dari sekolah lain. Perbedaan ini bisa dari kurikulum yang ditawarkan kepada siswa yang belajar di sekolah saya. Inilah konsep differensiasi yang harus dibuat dan ditetapkan dalam bisnis sekolah. Kurikulum menjadi pembeda dari pesaing juga memiliki sekolah.
Secara umum, differensiasi ini dapat berupa content differentiation, seperti yang dijelaskan diatas, berupa kurikulum. Kemudian, ada context differentiation, berupa bagaimana menyampaikan kepada siswa atau konsumen. Apakah bentuknya on line, pelajaran jarak jauh, konsultasi bisnis yang bebas. Yang terakhir adalah people differentiation, dimana perbedaan pada layanan yang diberikan kepada konsumen.
Hal inilah yang harus dijelaskan terlebih dahulu untuk menjadi juara. Tidak boleh asal dalam menetapkan perbedaan atau keunggulan. Karena, kegagalan seseorang untuk membuat rencana, berarti, mereka merencanakan kegagalan dalam apa yang hendak dicapai. Ketika seseorang sudah bisa mendefinisikan indikator keberhasilan, maka dia sudah merencanakan keberhasilan tersebut.
Selanjutnya adalah menetapkan tujuan dari kesuksean tersebut. sebagai contoh, saya akan sukses dalam membangun sekolah bila sekolah nya sudah bisa memiliki kemampuan untuk menerima 10000 siswa entrepeneur, kemudian, memiliki gedung sekolah yang luas, memiliki asrama dan juga tempat praktek berupa pusat bisnis yang bisa digunakan oleh para siswa dan gurunya.
Kemudian, menetapkan jangka waktu untuk mencapai kesuksesan atau juara tersebut. dimensi waktu sangat penting agar kesukesan bisa diukur pencapaiannya. Bisa jadi seseorang sukses dalam waktu 10 – 15 tahun, akan tetapi, bisa dibayangkan, berapa resources yang sudah dikeluarkan. Bisa jadi, keberhasilan tersebut sudah jauh tertinggal dari orang lain. Jadinya, nggak juara deh.....
Dimensi waktu termasuk bagian dari arti kesuksesan bagi setiap orang yang akan juara. Oleh karena itu, tidak boleh asal dalam menetapkan dimensi waktu tersebut. semakin cepat dan semakin lebih bisa mendahului orang lain mencapainya, itu akan membuat orang bisa menjadi juara.
Inilah yang perlu menjadi perhatian setiap orang yang akan menjadi juara. Definisi ini akan memberikan batasan kepada setiap orang untuk mencapainya. Jangan sia-siakan sumber daya yang dimiliki dalam upaya pencapaian konsep juara tersebut.