Kemaren, ada satu berita yang sangat “menggemparkan” dunia bisnis, khsusunya konteks bisnis global karena produk dari perusahaan ini suda...
Kemaren, ada satu
berita yang sangat “menggemparkan” dunia bisnis, khsusunya konteks bisnis
global karena produk dari perusahaan ini sudah mendunia dari negara Jepang yang sudah pastinya sudah dikenal oleh banyak
orang dan bahkan di seluruh dunia. Siapa yang tidak kenal dengan Toshiba, yang
salah satu produknya laptop dan sudah digunakan oleh banyak orang.
Kenapa menggemparkan?
Sebuah perusahaan di negara yang sangat mengenal dengan konsep-konsep manajemen
yang sudah dimanfaatkan oleh banyak perusahaan di berbagai belahan dunia
seperti Kaizen, manajemen timur dan lain-lain. Jelas, ini menjadi sebuah modal
yang luar biasa bagi setiap pelaku usaha.
Akan tetapi, ada apa
dengan kejadian yang “menggemparkan” tersebut? Kasus yang berhubungan dengan
akuntansi yang dikelola oleh manajemen Toshiba. KEjadian ini terkenal dengan
skandal akuntansi senilai US $ 1,2 miliar. Luar biasa….
Apa dampaknya?
Reputasi perusahaan yang pastinya sudah dibangun puluhan tahun langsung hancur
dalam waktu sekejap dan pastinya akan meruntuhkan kepercayaan dari
stakeholders, seperti pemerintah, pemegang saham, distributor, supplier, pihak
jasa keuangan, kreditor dan lain-lain. Setelah itu tentu bisnis akan menjadi
“kacau” karena pada hakekatnya, bisnis itu dibangun oleh sebuah trust.
Lalu, apa hubungannya
dengan bisnis para entrepreneur? Inilah yang menjadi titik kritis setiap
entrepreneur dimana ketika mereka diawal membangun bisnis, konteks kreativitas
dan inolvasi menjadi key success factor yang mampu membuat bisnis itu menjadi
sebuah kekuatan yang dapat bertahan.
Akan tetapi, ketika
bisnis itu sudah mulai berjalan. Inilah yang menjadi tanggungjawab seorang
entrepreneur untuk memanfaatkan manajemen untuk meningkatkan organizational
capability sebuah perusahaan dan salah satunya adalah pada aspek akuntansi.
Bagi para pebisnis,
akuntansi adalah bahasanya bisnis dan pastinya setiap orang akan mengerti
akuntansi dengan standar yang sudah berlaku secara internasional. Tidak dapat
dipungkiri. Kalau dilihat dari kasus Toshiba tadi, jelas kemungkinan
penyebabnya adalah proses akuntansi dan system akuntansi tidak berjalan disana
karena kompetensi orang yang menjalankannya kurang sesuai. Atau faktor kedua
yaitu mindset seorang entrepeneru yang nota bene adalah owner dan manajemennya
yang tidak tepat. Artinya, sudah tahu sebuah aturan akan tetapi, tidak maunya
menyimpang dari apa yang seharusnya dengan mengambil keuntungan untuk
kepentingan pribadi.
Akan tetapi, rasanya,
yang pertama kurang deh… karena perusahaanya sekelas Toshiba lho… so, jadi, apa
yang mungkin penyebabnya? Bisa jadi disini adalah mindset atau sikap mental.
Inilah pekerjaan rumah banyak entrepreneur untuk bisa memahami dengan baik
kasus Toshiba ini. ‘
Disinilah peran etika
bisnis yang harus selalu dipegang oleh entrepreneur karena menyangkut etika
yang berhubungan dengan hukum, sosial, budaya, adat istiadat. Jelas, etika
hukum yang sangat menjadi pegangan di setiap negara harus diikuti oleh
entrepreneur agar tidak salah. … bagaimana dengan anda? Hmmmmm…..
Tulisan ada di www.strategidanbisnis.com