Benny Alexandri dan Meriza Hendri Tulisan ini dibuat dan dipos kan bulan Agustus 2007 dalam http://myfocus.wordpress.com/2007/06/ B...
Benny Alexandri dan Meriza Hendri
Tulisan ini dibuat dan dipos kan bulan Agustus 2007 dalam http://myfocus.wordpress.com/2007/06/
Berbincang langsung dengan petani Belimbing, membuat pandangan jadi lebih luas terbuka. Bila di ringkas sedikit dari obrolan itu, petani membutuhkan Pasar yang jelas. Itu saja. Mereka sebenarnya sanggup untuk memenuhi kebutuhan Konsumen, kalo harganya cocok. Dari hasil pengamatan pemasaran kami, konsumen membutuhkan ketersediaan (availability). Bila di gambarkan seperti berikut :
Petani —> Pasar
Konsumen —> Availability
Petani —> Suplier —>Konsumen
Pemecahannya berarti adalah ada di suplier. Itulah makanya Dinas Pertanian membutuhkan Lebaga Pemasaran untuk memotongnya langsung ke konsumen.
Adapun jalur dari Belimbing itu menurut Petani adalah :
Jalur Distribusi
|
Haga
|
Petani
| |
Pengumpul Kampung/Wilayah
|
Rp.1000/Buah
|
Pasar Citayeum
|
Rp.1200-1300/Buah
|
Pasar Minggu
|
Rp.1500/Buah
|
Supplier
|
Rp.1600-1700/Buah
|
Pasar Modern/Tradisional
|
Rp.4000/Buah
|
Konsumen
|
Rp.4000 -Rp.5000 /buah
atau Rp. 16.000 -17.000 /kg
|
Ada kurang lebih selisih 300%! dari petani sampai di konsumen.
bila di peringkas, maka masalah utama petani mengenai KETERSEDIAAN, Pak Nanang, seorang petani belimbing dan ketua kelompok tani, mengaku tidak masalah.
dari sisi kesejahteraan adalah masalah, keuntungan yang 300% itu adalah angka yang dapat mensejahterakan petaninya. Lembaga Pemasaran sebagai itikat dari pemerintah Depok patut diacungi jempol, tinggal realisasinya saja.