Benny Alexandri dan Meriza Hendri Tulisan ini dibuat dan dipos kan bulan Juni 2007 dalam http://myfocus.wordpress.com/2007/06/ “ Ra...
Benny Alexandri dan Meriza Hendri
Tulisan ini dibuat dan dipos kan bulan Juni 2007 dalam http://myfocus.wordpress.com/2007/06/
“ Rasanya tanggung, mendingan dijadikan jenis olahan lain, misalnya jus, atau selai,”
“ tidak asem, tapi tidak begitu manis juga”
“ tidak asem, tapi tidak begitu manis juga”
Seorang responden asal Bandung menjawab ketika ditanya mengenai bagaimana rasanya buah Belimbing Depok, setelah ia mencoba seiris kecil. Blimbing Depok memang suatu yang baru. Jangankan oleh warga Bandung, untuk warga Depok sekalipun, belimbing ini seperti suatu yang asing.
“Emangnya Depok ada petani?” adalah pertanyaan yang sering dimunculkan oleh orang di luar Depok, dan ditanggapi dengan gelengengan kepala oleh yang ditanya yang orang Depok. Orang Depok-pun belum tentu tahu.
Bagaimana mau beli, bila tahu saja tidak, begitu pemikiran dasar sebuah konsep pemasaran. Sudah beli-pun bila hanya sekali itu tidak cukup bagi pemasaran. Yang dibutuhkan adalah pelanggan yang Loyal. Menurut Oliver, Loyalitas merupakan suatu komitmen untuk tetap menggunakan suatu produk tanpa terpengaruh oleh usaha yang dilakukan perusahaan produk pesaing. Belimbing Depok harus berhadapan langsung dengan Belimbing Blitar. Belimbing Blitar yang dibawa dari Jawa Timur, memiliki beberapa keunggulan di banding Belimbing Depok. Keunggulan paling jelasnya adalah masalah ketersediaan. Konsumen belimbing yang masih belum pada tingkat aware, mana bisa dipaksa untuk setia pada Belimbing Depok kalau yang ada di supermarket itu Belimbing Blitar.
Pe-er untuk Kota Depok yang berkeinginan membuat belimbing menjadi produk ikon kotanya pastilah sangat banyak. Termasuk didalamnya adalah menggiring konsumennya kearah konsumen yang Loyal.
Menurut Griffin, konsumen yang Loyal itu ditandai oleh beberapa ciri. Diantaranya adalah bahwa konsumen akan melakukan pembelian yang berulang dan secara teratur, menunjukan kekebalan kepada daya tarik pesaing dan yang paling penting adalah pembeli akan memberikan referensi kepada orang lain. Bagaimana dengan Belimbing Depok?. Rasanya Belimbing Depok punya potensi kearah itu. Dengan daya serap yang besar dipasar, belimbing sebenarnya punya pembeli yang setia. Bila kualitasnya terjaga, dan ketersediaannya yang terjamin, Belimbing Depok tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan pembeli yang Loyal. Brownies Amanda, untuk skala yang berbeda merupakan ikon Kota Bandung. Ikon timbul salah satunya ditandai oleh pembelinya yang setia. Konsumen rela untuk berantri untuk membeli produk brownies Amanda yang asli, bukan brownies merek lain walaupun rasanya tidak begitu jauh berbeda.
Tahapan Loyalitas menurut Griffin adalah terdiri dari delapan tingkatan. Yang terendah adalah Suspect dan yang tertinggi adalah adalah Advocates.
Belimbing Depok kira-kira berada di tingkat Suspect ini, yaitu dimana konsumen akan membeli produk namun belum mengetahui mengenai apa produk yang ditawarkan tersebut. Prosepek yang kiranya potensial harusnya disalurkan oleh pemasar ke dalam system pemasarannya dan dikualifikasikan sebagai konsumen yang berprospek tinggi atau tidak sama sekali. Prospek yang memenuhi syarat masuk ke dalam syarat tetap akan dibina hingga tingkat tertinggi, sedangkan prospek rendah didiskualifikasi keluar dari system. Semakin cepat semakin baik. Sehingga akhirnya prosepek yang dipilih akan terdorong untuk membeli rutin dan stop beli dari pesaing.
Bila mendengar paparan dari pelaku supplier Belimbing di Depok, dimana sebenarnya kebutuhan belimbing belum terpenuhi oleh supply-nya ( dengan syarat kualitas tertentu ) rasanya pembeli Loyal untuk belimbing hanyalah menunggu waktu. Semua kembali pada produsen belimbing itu sendiri, yaitu Petani Belimbing Depok.