Benny Alexandri dan Meriza Hendri Tulisan ini dibuat dan dipos kan bulan Juni 2007 dalam http://myfocus.wordpress.com/2007/06/ ...
Benny Alexandri dan Meriza Hendri
Tulisan ini dibuat dan dipos kan bulan Juni 2007 dalam http://myfocus.wordpress.com/2007/06/
Belimbing yang biasa kita konsumsi, ternyata tidak lagi berukuran kecil dan asem rasanya. Buah yang biasanya dikonsumsi sebagai teman rujak dan pelengkap rasa asem dan kecut sudah berubah. Belimbing saat ini telah menjadi komoditas yang elit dan masuk kalangan konsumen atas. Indikasinya adalah harganya yang mencapai 12 hingga 17 ribu di toko buah dan Supermarket. Harga 17 ribu ini untuk ukuran satu kilo, yaitu satu kemasan persegi dari chloroform berisi 4 hingga 5 buah yang dibungkus dengan plastik. Belimbing ini bukan lagi sebagai teman rujak, tapi sudah menjadi makanan “penghias meja”, makanan hobbies bahkan untuk obat sebagai penurun darah tinggi. Jenis yang ada dipasaran ternyata berbeda-beda. Belimbing Dewa dan Dewi, Belimbing Blitar, Belimbing Bangkok, Belimbing Cina, Belimbing Paris dan masih banyak lagi. Hanya petani, pedagang dan konsumen yang sudah “ahli” yang dapat membedakannya. Salah satu ciri yang saya pahami sejauh ini sebagai orang awam adalah Belimbing Dewi ukurannya selalu besar dan warnanya kuning ke-orange-orangean. Sedangkan saingan paling dekatnya adalah Belimbing Bangkok, walaupun ukurannya sedikit lebih kecil, namun terkenal karena namanya.
Konsumen yang awam tentang belimbing bukan saya saja. Ketika pertanyaan ditujukan kepada beberapa responden, rata-rata tidak tahu bahwa belimbing sudah se”gede” itu. Sama seperti saya, pikir mereka belimbing ya yang kecil dan kecut itu. Dari sisi awareness-nya yang rendah terhadap buah bintang versi baru ini, melingkupi pula keawaman untuk tempat beli, harga dan jenisnya. Namun dari banyak konsumen yang awam, Belimbing dikenal oleh konsumen untuk khasiatnya. Di banyak toko buah, Belimbing habis diborong karena khasiatnya sebagai penurun kolesterol, penurun darah tinggi dan bahkan untuk kecantikan.
Belimbing Dewi adalah buah produksi Depok. Depok yang “dituduh” tidak punya kebun, ternyata punya 28000 pohon di 6 kecamatan, yang didominasi oleh kecamatan Kelapa Dua Cimanggis dan Mampang . Penanaman pohon Belimbing telah turun temurun hingga 30 tahun. Diawali dengan Belimbing Paris, saat ini dominasi adalah Belimbing Dewi. Belimbing yang merupakan tanaman serbaguna, dapat panen hingga 3 kali dalam setahun. Depok memiliki tanah yang bersahabat dengan buah ini. Hasilnya dapat mencapai 2100 ton per-panen atau 6300 ton per-tahun. Belimbing Depok memiliki keunggulan dari sisi appearance-nya dan juga dari rasanya.
Melihat peluang itu, tahun ini Kota Depok akan mencanangkan Belimbing sebagai ikon kota. Keseriusan pencanangan ini ditandai dengan disiapkannya dana sekitar 4 miliar untuk membantu seluruh stakeholder mencapai cita-cita baik ini.